Sebuah Pelukan Untuk Selamanya

Beberapa kali aku menemukan mimpiku sendiri terjerembap didepan pintu, kuyup oleh hujan.
Seperti pakaian kotor berulang kali kucuci dan kujemur di halaman luas.
Pada saat-saat itu aku teringat wajah dan matamu saat berbicara; selalu teguh dan meneguhkan

Ku ingat, katamu: hidup hanya sebentar, tapi bagaimana agar tak sekadar, agar yang sejenak itu bisa gores makna pahat ada kita dihadapan-Nya.
Katamu: hidup adalah pilihan untuk bertindak dijalan cinta.

Bolehkah kugenggam bayangmu kala menapak cita dan adsa?
Bolehkah sekadar kupinjam punggungmu untuk menulis puisi-puisi liris yang tak henti menangis?
Di manapun kau berada, bolehkah kuhirup aroma ketulusanmu senantiasa?

Kulihat lagi kelebat bayangmu, gagah diberanda
Diam, tak menatap, tak memeluk seperti yang selalu pemean utama pria di film-film hollywoo, kepada pemeran utama wanita, kala mereka harus berpisah dengan atau tanpa rencana.

"Sebab tak ada pelukan yang lebih erat dari do'a", katamu pada pertemuan terakhir kita.
"Maukah kupeluk kau selalu, selamanya dengan cara itu?"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perempuan Yang Bertahan Dengan Puisi

SENJA